
Karina bahkan pernah meneliti sekratom untuk pengobatan Covid-19. Yang belum lagi tuntas sudah heboh besar itu. Di tengah proses penelitian dia sudah dibuat repot oleh pemanggilan-pemanggilan.
Karina diadili sebagai pelanggar prinsip kedokteran. Mungkin justru lebih enak dokter hewan seperti Yuda. Yang lebih bisa bergerak di luar etika dokter. Tentu banyak perbedaan antara Karina dan Yuda.
Karina dokter manusia yang pernah menyuntik hewan piaraannyi. Yuda dokter hewan yang banyak menyuntik manusia. Karina cantik, necis, modis. Yuda acak-acakan, cuek, kucel, ngelombrot dengan rambut awut-awutan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pulau Widi: Rifda Widi
Dua-duanya peneliti sel. Dua-duanya doktor. Karina di UI, Yuda di Korea Selatan. Beda lain antara Karina dengan drh Yuda adalah cara menemukan sumber sekratom itu.
Yuda mendapatkan sekratom dari sel yang dibiakkan. Dalam istilah Karina, sekratom itu didapat dari ''kolam sel''. Sel memang punya ''kolamnya'' sendiri. Yang membentuk ''kolam sel'' itu adalah sel itu sendiri.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Kepulauan Widi: Lelang Widi
Sel manusia itu, kata Karina, selalu memuntahkan cairan. Cairan itulah yang membentuk ''kolam''. Ajaibnya, sel hanya bisa hidup di ''kolam'' sekratom. Tanpa ''kolam'' sekratom sel itu ibarat ikan tanpa air: mati. Atau kurus sakit-sakitan.
Drh Yuda mengambil ''air kolam'' itu. Tanpa mengikutkan selnya. Itulah sekratom. Yang dalam istilah drh Yuda ia sebut sebagai ''protein-sel''.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Perdana Menteri Malaysia: Mau Voting
"Proses pengambilan sekratom seperti itu mahal sekali," ujar Karina yang cantiknya 5i itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News