Catatan Dahlan Iskan: Tawa Duka

Catatan Dahlan Iskan: Tawa Duka - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Salah seorang perusuh Tionghoa berpendidikan marketing di Los Angeles. Ia dapat tawaran kerja di sana, tapi pilih pulang ke Indonesia: untuk membuat program satu juta kacamata untuk anak orang miskin yang memerlukannya.

Latar belakangnya mengharukan. Ada anak kecil. Nilai rapornya buruk. Dimarahi terus oleh orang tuanya. Sampai si anak depresi. Belakangan baru diketahui bahwa pandangan anak itu blaur.

Ia tidak bisa membaca huruf-huruf yang ditulis guru di papan tulis. Perusuh yang satu lagi lulusan Toronto. Ilmu komputer. Ia memilih terjun ke pertanian organik.

BACA JUGA:  Filipina Bukan Lawan yang Lemah, Timnas Indonesia Bisa Terpeleset

Istrinya seorang dokter. Lima tahun lagi pensiun dari BRIN. Sang istri juga ikut terjun ke pertanian organik. Yang sarjana matematika murni tadi, juga terjun ke pertanian: holtikultura.

Di Blitar. Mula-mula sewa lahan orang lain. Sekarang sudah punya lahan pertanian sendiri. Pak Thamrin Dahlan adalah salah seorang perusuh tertua.

BACA JUGA:  Indra Sjafri Buka Suara soal Kepemimpinan Iwan Bule di PSSI

Usianya 70 tahun. Ia pensiunan polisi. Pangkat terakhirnya kolonel. Satu tingkat lebih tinggi dari pangkat Polwan istrinya. Pak Thamrin sudah menulis lebih 70 buku. Juga ribuan puisi.

Sedang perusuh termuda berumur 23 tahun. Masih semester 5. Agak telat. Selama pandemi ia istirahat kuliah. Ia juga melakukan sayembara.

BACA JUGA:  Tahun Baru 2023: Harga Kripto Naik, Bitcoin Masih Bikin Waswas

Sayembaranya disambut meriah: barang siapa punya kenalan wanita yang ingin nikah agar dihubungkan kepadanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya