
Sambil berjalan, kami pun membicarakan soal alat musik gong yang kata dosen kami hanya boleh dimainkan oleh laki-laki saja. Kami menanyakan hal tersebut kepada sang senior.
“Kak, tadi kita kan ambil kelas Gamelan Jawa. Terus si Fira nggak boleh mainin gong, katanya cuma boleh buat cowok. Emang itu kenapa sih?” tanya Fara, salah satu temanku.
“Wah.. serem itu kalo diceritain. Katanya gongnya ada penunggunya. Apalagi kelasnya malem gitu kan, katanya sih pernah ada mahasiswi yang mainin gong terus kesurupan,” kata Kak Nufi.
Waduh, kenapa harus cerita yang serem-serem sih di saat kayak gini. Kami pun berjalan beriringan karena jalan setapaknya cukup sempit. Tak disangka, jalan ini sangat gelap, tidak ada lampu sama sekali. Patokan kita hanyalah lampu dari arah stasiun. Ah sudahlah, lanjutkan saja.
Baru setengah jalan melewati pepohonan karet, kami dikejutkan sesosok mahkluk yang melintas di depan kami. Walaupun gelap, tapi kami semua bisa melihat dengan jelas makhluk tersebut. POCONG!
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News