Catatan Dahlan Iskan soal Pangdam V Brawijaya: Nunut Besar

Catatan Dahlan Iskan soal Pangdam V Brawijaya: Nunut Besar - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Saya pura-pura tidak tesiksa. Tapi pedalaman telinga saya sakit sekali. Tidak menyangka suara ledakan senjata sedahsyat itu.

Nabi Tepi. Farid yang memberi tahu ajaran itu. Ia memang menunggui para wartawan itu menembak. Inilah untuk kali pertama Farid bertemu wartawan PWI Jatim, IJTI, dan AMSI.

Cara bertemu wartawan di lapangan tembak seperti itu adalah bagian dari gaya kepemimpinannya. Agar wartawan bisa menulis kegiatan. Bukan hanya menulis pidato.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Dokter: Turun Gunung

Farid memang pernah jadi kepala penerangan, waktu di Kopassus. Ia tahu apa yang diinginkan wartawan. Ia tahu wartawan harus punya bahan untuk ditulis.

Itu belum contoh yang saya maksud dengan ''besarkan jabatan''. Contoh ''besarkan jabatan dan bukan besar dari jabatan'' adalah ini: instruksinya kepada kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya. Itu disampaikan dalam forum cangkruan pertamanya dengan wartawan di lapangan tembak itu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Kelenteng: Tri Dharma

"Isi website Kodam Brawijaya jangan melulu wajah Pangdamnya. Seminggu pertama ok. Biar kenal dulu. Setelah itu harus lebih banyak menampilkan wajah Babinsa. Atau Danramil. Dandim," ujarnya.

Babinsa adalah bintara pembina desa. Di satu desa ditempatkan satu bintara. Jabatan Babinsa memang sempat tidak populer. Di zaman Orde Baru, Babinsa jadi alat untuk memenangkan Golkar.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Sobekan Irawan

Setelah reformasi, urgensi Babinsa  dipersoalkan. Dianggap bisa mengganggu demokrasi. Pun Koramil dan Kodim. Banyak yang minta agar dilikuidasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya