Gol A Gong melakukan sinergi dan kolaborasi dengan Perpusnas, pemerintah daerah, pegiat literasi, forum komunitas, dan seluruh masyarakat.
Selama setahun, melalui aktivitasnya, Gol A Gong menghasilkan 54 buku antologi cerpen.
Dia juga selama tiga bulan, berkeliling ke 40 kota menggunakan mobil menuju daerah timur Indonesia.
BACA JUGA: Keren! Perpusnas Kenalkan Literasi Digital
Selama perjalanan, Gol A Gong menemukan tiga masalah utama terkait literasi di Indonesia.
Pertama, peran kepala dinas perpustakaan kurang maksimal dalam memotivasi kinerja para pustakawan.
BACA JUGA: Menilik Ruang Difabel dengan akses Buku Braille di Perpusnas
"Rata-rata kepala dinas perpustakaan merasa dibuang sehingga tidak memotivasi para pustakawan untuk melakukan kegiatan kreatif, inovatif, dan tentu out of the box. Itu banyak sekali saya temukan ketika diwawancara. Sehingga pustakawan-pustakawannya tidak kreatif, tidak mampu mengeksplorasi gagasan-gagasannya karena pimpinannya selalu mengatakan saya dibuang," ungkapnya.
Kedua, akses ke perpustakaan atau toko buku masih sulit, terutama di daerah timur Indonesia.
BACA JUGA: Resesi Ancam Pariwisata Indonesia, Sandi Uno Gerak Cepat Gaet Turis
Ketiga, distribusi yang tidak merata karena ekosistem perbukuan belum terbangun dengan sehat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News