Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Ibrani

Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Ibrani - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

"Kelak akan ada dua gerbang lagi. Gerbang barat dan timur," ujar Syekh Panji Gumilang, sang pendiri Al-Zaytun.

Malam itu kami memang datang dari arah utara. Dari arah pantai Samudera Biru bagian utara Indramayu. Kalau harus masuk dari gerbang lama amatlah jauh.

Lewat jalan memutar. Bisa selisih setengah jam sendiri. Luas pesantren ini memang 1.300 hektare. Yang jadi kompleks bangunan saja 200 hektare.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Zaytun Salmon

Gelap. Kegelapan itu membuat saya tidak bisa menjelaskan suasana antara gerbang ini dan tempat saya menginap: Wisma Tamu Al-Zaytun.

Malam itu saya seperti melewati hutan jati yang luas. Jalan di tengah "hutan" itu lebar sekali. Aspal. Kanan-kirinya ada jalan yang lebih kecil.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: I-baru CSIS

Jalan lebar di tengah itu untuk mobil dua arah. Jalan di kiri untuk sepeda dua arah. Jalan di kanan untuk motor dua arah. Tertata. Lalu ada simpang tiga. Kami belok ke kiri. Masih hutan jati.

"Itu workshop baja. Semua bangunan di sini berkonstruksi baja," ujar Syekh sambil menunjuk arah gelap.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pedoman Stemcell

Beberapa menit kemudian Syekh menunjukkan jari lagi ke kegelapan yang lain: di sana sawmill. Ada pabrik mebel di situ. Semua mebel tidak ada yang dibeli.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya