Catatan Dahlan Iskan: Poltak Sitinjak

Catatan Dahlan Iskan: Poltak Sitinjak - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Instagram/dahlaniskan19

GenPI.co - Air Danau Toba bisa menghasilkan listrik lebih 600 MW untuk menghidupi industri aluminium milik Jepang. Sejak tahun 1979.

Baru kini, 42 tahun kemudian, air Danau Toba bisa menghasilkan listrik untuk sumber air bagi penduduk di tengah danau itu.

Untung ada anak rantau bernama Jack Poltak Sitinjak. Ia berhasil  membangun pembangkit listrik tenaga surya terapung. Di atas air danau Toba. Listriknya untuk menghidupkan pompa air. Airnya dialirkan ke desa Sitinjak di Pulau Samosir.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tiga Bintang

Sejak Maret lalu penduduk desa itu tidak perlu lagi pergi ke danau  hanya untuk mengambil air. Jarak desa itu, ke pantai Toba, 1,6 km. Cukup jauh untuk sekadar mengambil air: untuk mandi dan masak. Apalagi jalan dari danau ke desa itu menanjak.

Jack sebenarnya lahir di Siantar. Tapi umur 5 tahun sudah diajak bapaknya ke Sitinjak. Lewat Parapat. Naik perahu nelayan. Sekitar 1,5 jam. Setelah itu pun Jack sering diajak ke Sitinjak: ayah ibunya lahir di kampung itu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Teman Dubai

Kesulitan hiduplah yang membuat ayah Jack merantau ke Siantar. Penduduk di pulau tengah danau Toba itu sering gagal panen. Tidak ada air untuk pertanian. Sepenuhnya tergantung dari hujan.

Waktu Jack masih SD, ayahnya meninggal dunia. Jadilah ia anak yatim. Ia anak bungsu dari 11 bersaudara. Ibunya begitu sulit menghidupi 11 anak.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Teflon Luhut

Untuk masa depannya, Jack dikirim ke Jakarta. Ia dimasukkan panti asuhan anak yatim: PA Vincentius Putera. Masuk SMP. Lalu ke STM St. Joseph jurusan listrik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya