Catatan Dahlan Iskan: Bukan Penakut

Catatan Dahlan Iskan: Bukan Penakut - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Titanic, Anda sudah tahu:  berangkat dari pelabuhan Southampton, Inggris selatan. Tujuannya: New York. Titanic kapal baru. Tercanggih saat itu.

Satu-satunya kapal yang bisa menempuh jarak sejauh itu. Titanic mengangkut sekitar 2.200 orang. Tepatnya saya tidak tahu: saya bukan salah satunya.

Di pelayaran pertamanya, di lokasi itu, Titanic menabrak gunung es. Halangan itu sebenarnya sudah diketahui. Tapi kapten kapal yakin Titanic terlalu kuat menghadapi sekadar gunung es.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Nasi Bungkus

Selebihnya Anda sudah nonton filmnya. Turis di dalam Titan itu juga sudah nonton film Titanic. Tapi mereka ingin melihat sendiri onggokan Titanic di dasar laut itu. Pemandangan itu, langka. Hanya orang kaya yang bisa melihatnya. Dawood dan anaknya ingin jadi orang pertama dari negara dunia ketiga yang bisa melihatnya.

Gagal. Kapal selam Titan tiba-tiba kehilangan kontak dengan kapal pasangannya yang mengambang di atas laut.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Preman Tuan

Titan memang hanya bisa menyelam kalau ada dukungan komunikasi dari kapal yang di atas laut. Itulah sebabnya Titan hanya bisa disebut submersible marine. Tidak bisa disebut submarine (kapal selam).

Submarine punya semua fasilitas untuk menyelam sendiri. Titan tidak. Hilangnya kontak itu bukan karena alat komunikasi rusak. Yang rusak adalah Titannya sendiri - -rusak secara keseluruhan. Meledak di dalam laut.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Bulan BK

Kata ''meledak'' itu sebenarnya juga tidak cocok. Belum ada bahasa Indonesia untuk mengartikan implode. Lebih tepatnya Titan itu penyet sepenyet-penyetnya sampai hancur. Seperti cabai yang Anda taruh di panai batu, lalu cabai itu Anda hantam dengan ulek-ulek batu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya