Catatan Dahlan Iskan: Tentara Menulis

Catatan Dahlan Iskan: Tentara Menulis - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Menulis memang berbeda dengan menembak. Menembak ada tutorialnya. Pelatih akan mengajari urutan gerakannya. Kecuali sudah sampai tahap mahir. Yakni kalau pelajaran menembak itu sudah sampai tahap ''makrifat'': memadukan feeling, intuisi dan gerakan jari yang ada di pelatuk senjata: dor! Pasti kena.

Menulis tidak ada tutorialnya. Lalu bagaimana? Tidak sulit. Saya pun bertanya kepada peserta rakor. Tidak ada yang tidak bisa naik sepeda kan? "Tapi apakah ada yang pernah ikut seminar cara-cara naik sepeda?"

"Tidak ada," jawab mereka.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Doktor Fengsui

"Ada yang pernah ikut kursus cara naik sepeda?"

"Tidak ada".

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Sub Kontraktor

Ya sudah. Yang penting semua masih ingat bagaimana awalnya, kok bisa naik sepeda. Pasti mencoba dan mencoba. Lalu jatuh. Coba lagi. Jatuh lagi. Coba lagi. Lalu bisa.

Begitulah menulis. Harus dicoba. Jelek tidak apa-apa. Anggap saja itu lagi jatuh waktu latihan naik sepeda.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Berlian Panas

Maka saya teruskan dengan topik: lima musuh utama menulis. Mungkin Anda bisa tambahkan menjadi 10 atau 15.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya