Ketidakjujuran Akademis, Penelitian Ungkap Menyontek Masih Merajalela

Ketidakjujuran Akademis, Penelitian Ungkap Menyontek Masih Merajalela - GenPI.co
Ilustrasi siswa menyontek. Foto: envato elements/eventyfourimages

GenPI.co - Generasi muda secara konsisten menegaskan kejujuran dan keyakinan bahwa menyontek itu salah, namun contek-menyontek masih merajalela.

Peluncuran ChatGPT membuat para guru sekolah menengah dan perguruan tinggi merasa khawatir.

Seorang sarjana Universitas Columbia menampar wajah kita pada bulan Mei lalu dengan artikel opini di Chronicle of Higher Education berjudul "I’m a Student. You Have No Idea How Much We’re Using ChatGPT".

BACA JUGA:  Masalah Sampah di Kota Bandung Sudah Darurat, Sekolah Diminta Tingkatkan Kepedulian

Dilansir Psychology Today, dia melanjutkan dengan merinci bagaimana siswa menggunakan program ini untuk "melakukan sebagian besar pemikiran", sambil menganggap pekerjaan itu sebagai milik mereka. Menangkap hal menyontek, tegasnya, adalah mustahil.

Seolah-olah siswa membutuhkan lebih banyak cara untuk menyontek.

BACA JUGA:  Ganjar Pranowo Komitmen Hadirkan Sekolah Gratis dan Mudah Dijangkau

Setiap survei terhadap siswa, baik di sekolah menengah atau perguruan tinggi, menemukan bahwa menyontek adalah hal yang “merajalela”, “epidemi”, “hal biasa dan secara praktis sudah diperkirakan”.

Menggunakan beberapa istilah yang digunakan para peneliti untuk menggambarkan ruang lingkup ketidakjujuran akademis.

BACA JUGA:  Bawa Fashion Indonesia ke Dunia, Ini Kisah Sukses Jenny Yohana Dirikan Sekolah Mode

Dalam studi tahun 2010 yang dilakukan Josephson Institute, misalnya, 59 persen dari 43.000 siswa sekolah menengah mengaku menyontek dalam ujian pada tahun lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya