Catatan Dahlan Iskan: Mimpi Sungai

Catatan Dahlan Iskan: Mimpi Sungai - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Jelaslah menulis pendek lebih berat dari menulis panjang. Harusnya, di setiap tulisan pendek disertai ilustrasi meme jidat benjol ketabrak tiang listrik. Lebih pusing.

Sebenarnya saya sudah hampir pasti bangun setiap pukul 03.00. Ada waktu untuk menulis. Tapi saya harus minum air putih dulu. Air hangat: suhu 45 derajat. Saya belikan istri teko kaca digital yang kalau disetel 45 derajat airnya akan selalu 45 derajat.

Itu minum untuk obat pertama. Lalu ke toilet dan lain-lain. Setengah jam kemudian minum 45 derajat lagi. Untuk obat kedua.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Bram Parung

Maka pukul 04.00 saya sudah tahu: punya bahan tulisan untuk edisi besok atau tidak.

Kalau sudah punya bahan, saya tenang. Bisa ditulis jam berapa saja. Tinggal tulis. Kalau belum punya bahan saya juga tenang: nanti siang kan bisa dapat bahan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tebakan COP

Kadang siangnya bisa dapat bahan beneran. Kadang tidak. Kalau sampai tengah hari belum dapat bahan saya juga tenang: nanti sore akan dapat. Kalau sore belum dapat, masih juga tenang: nanti malam akan dapat.

Ketika sampai pukul 20.00 belum dapat bahan, barulah mulai meriang. Telepon sana-sini. Sekuat-kuat keinginan untuk nonton Piala Dunia hanya bisa saya lakukan dengan cara melirik layar TV. Itu pun kalau teriakan komentatornya lagi memprovokasi.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Jokowi dan Ganjar Pranowo: Catat Sejarah

Persoalannya: saya punya pekerjaan pokok. Misalnya hari tulisan pendek itu. Pukul 05.00 saya sudah harus siap-siap olahraga. Lalu ada rapat umum pemegang saham. Saya sendiri yang minta: pukul 07.30. Mereka menawar pukul 08.30. Saya tidak bisa. Harus ke bandara. Ada tamu yang harus dijemput. Dari luar negeri. Dari tiga negara. Mereka kumpul di Singapura agar bisa berangkat bersama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya