
Waktu itu Teguh sebagai karyawan anak perusahaan PLN –PJB (PT Pembangkitan Jawa Bali). PJB sekarang sudah diubah namanya menjadi Nusantara Power –bersaing dengan anak perusahaan PLN lainnya: Indonesia Power.
Teguh pun pagi itu juga diterbangkan ke Medan. Rotor turbin itu bermasalah. Letak rotor adalah di bagian paling dalam sebuah turbin. Untuk memperbaikinya turbin harus dibongkar total. Dipreteli. Itulah sebabnya mengapa perlu waktu 3 bulan.
Itu tidak mungkin. Terlalu lama. Mana tahan. Padam seharmal saja ributnya sudah seperti greenflation. Apalagi tiga bulan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Nusantara Indonesia
Teguh merenung di dekat turbin. Memang harus dibongkar. Penutup turbin harus dibuka. Lalu turbinnya diangkat pakai crane. Teguh memikirkannya: turbin ini punya masalah di balancing.
Ia tahu prinsip balancing: beban itu dipindahkan dari benda yang keras dan kaku ke benda lain yang lebih ringkih. Maka terjadilah ketidakseimbangan di turbin.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Emas Budi
Maka Teguh fokus ke cara menemukan balance tanpa harus membongkar total seluruh turbin. Teguh ingin menyebarkan beban itu agar tidak hanya ke bagian yang ringkih. Ia tempelkan logam-logam tambahan di beberapa titik.
Teguh berhasil. Dua hari kemudian turbin sudah bisa dijalankan lagi. Teguh tidak tidur dua harmal. Begitulah anak muda. Fisiknya bisa tahan dengan beban seberapa berat pun.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Rasional Khalwat
Berhasil mengatasi Medan saya minta Teguh dimampirkan ke Jakarta. Kami akan mengucapkan terima kasih secara langsung. Tidak berhasil. Ia sudah ditunggu untuk menyelesaikan krisis listrik di tempat lain. Teguh pun kami nobatkan sebagai satu-satunya ahli turbin di PLN. Saat itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News