Catatan Dahlan Iskan: Lia James

Catatan Dahlan Iskan: Lia James - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Berarti harus membeli jas hujan. Oh tidak perlu beli. Lia punya banyak. Pun yang belum dibuka bungkusnya. Saya diberi satu.

Untuk jaket, Lia mensyaratkan merk tertentu. Tahan hujan dan angin. Ringan sekali. Seringan isi dompetnya Putu Leong. Saya sudah punya dua. Saya ingat di mana membelinya: di Evansville, Indiana.

Dari dua pengalaman ikut Camino, Lia mensyaratkan agar saya membeli kaus kaki khusus: harus woll. Tidak menyerap keringat.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Lia Camino

Memang ada yang lebih baik: kaus kaki berjari lima. Bisa mengurangi kemungkinan jari-jari melepuh. Tapi Lia belum menemukan kaus kaki woll yang berjari lima.

Tidak boleh lupa: minyak angin, minyak gosok dan obat puskesmas --pusing, keseleo, masuk angin. Dan harus latihan jalan jauh setiap hari. Sejak sebulan sebelum berangkat.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: James Surip

Yang terakhir itu rasanya saya tidak perlu. Senam dansa saya sudah melebihi jalan kaki. Dan lagi saya sudah lulus jalan kaki dari Mekah ke Arafah. Waktu naik haji dulu. Lebih jauh dari 20 km. Pulang pergi pula.

Jemaah haji umumnya naik bus ke Arafah. Tapi Rizal Effendy dan Zainal Muttaqin menantang saya untuk jalan kaki saja. Dua direktur perusahaan saya itu hampir 10 tahun lebih muda.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: James Today

Saya ganti menantang Nino dan satu lagi yang lebih muda lagi. Terbersit sedikit kesombongan; saya harus lebih kuat dari dua yang termuda itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya