
Polisi minta SIM saya. Ia lihat: SIM Indonesia. Lalu minta paspor: Indonesia. Resmi. Legal. Ada visa. "Indonesia" gumamnya. Polisi pun memberi nasehat dua kalimat pendek. Lalu saya disuruh ke arah JFK yang benar. Saya kembali minta maaf tiga kali dan mengucapkan terima kasih.
Orang New Jersey, wanita, pirang, ikut antre melihat Trump diadili sejak sebelum pukul 05.00 pagi.
Wanita di belakang saya lebih jauh lagi: dari negara bagian New York tapi tiga jam di utara Manhattan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Antre Bonek
"Saya berangkat kemarin sore. Menginap di Manhattan," ujarnyi. Juga lebih setengah baya. Ceriwis. Banyak cerita. Dengan suara tidak lirih. Apa saja diceritakan. Dia seperti Leong Putu --sebaliknya. Banyak yang dia ceritakan itu tentang kebaikan suaminyi.
Tapi sang suami ditinggal ke Manhattan untuk antre lihat diadilinya Presiden Donald Trump.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Untung Siska
Antrean kian panjang. Sudah satu jam lagi dari adegan di bawah pohon.
Air yang saya minum sejak bangun tidur lebih satu liter. Yang sudah diekspor baru 300 mili. Selebihnya harus cari jalan keluar.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Lia Ahok
Satu jam berikutnya tidak tahan lagi. Petugas datang ke tempat Antrean. "Jangan meninggalkan antrean," teriaknya beberapa kali.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News