
Selama antre saya lihat dua kali petugas memeriksa sekilas barisan kiri itu: apakah semua berkeplek.
Tidak ada yang menyelundup. Tidak juga anak Pak Iskan.
Ia memang tidak terlalu ingin meliput jalannya sidang. Ia ingin tahu sidangnya. Soal isi sidang media sudah melaporkannya dengan lengkap. Saya tidak akan mampu melakukan yang lebih baik --kecuali sejak awal mengikutinya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Antre Maling
Bagi yang ingin mengetahui pokok-pokok sidangnya pun sudah ada bung Mirwan Mirza. Melaporkannya lebih cepat. Bung Mirwan tidak terikat deadline seperti saya.
Bagi yang ingin tahu lebih lengkap berterima kasihlah pada bung Agus Suryonegoro III --sampai menulis sepanjang 99 paragraf. Saya sampai geleng kepala.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Antre Bonek
Pukul 08.30 antrean kiri bergerak. Saya hitung: 89 wartawan. Yang tua-muda-laki-perempuan imbang. Habis. Antrean kiri kosong. Otomatis muncul PHP baru: yang kanan pun akan segera bergerak.
Saya justru mulai realistis. Saya sudah tahu berapa jumlah tempat duduk di ruang sidang itu. Saya sudah masuk ruang sidang itu kemarinnya. Sudah saya hitung: delapan bangku panjang; kanan kiri; satu bangku tujuh orang; deret paling depan untuk bangku tunggu tim jaksa dan pengacara.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Untung Siska
Tersisa... hitung sendiri. Lalu yang antrean kanan ini mau ditaruh di mana?
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News