Menikmati Arsitektur dan Nilai Bantayo Poboide

Menikmati Arsitektur dan Nilai Bantayo Poboide - GenPI.co
Bantayo Poboide

Dua tangga menghiasi bagian depan Bantayo Poboide. Tangga di sisi kiri adalah tempat untuk memasuki ruangan. Sementara tangga sisi kanan digunakan untuk meninggalkan bangunan.

Setiap tangga terdapat delapan anak tangga yang melambangkan delapan linula yang menguatkan kerajaan Limutu, yakni  Pantungo, Panggulo, Huangobotu Oyilihi, Dulalowo, Tilote, Dumati, Lawuwonu, dan Linula Ilotidea.

Rumah adat ini berbentuk panggung yang ditopang oleh 32 tiang dasar (potu) sebagai pondasi  bangunan. Angka 32 melambangkan  penjuru mata angin, yang berarti penguasa negeri harus memperhatikan seluruh kepentingan masyarakat tanpa mengenal pilih kasih.

Semua bangunan ini berasal dari kayu terpilih dari hutan tua. Ukiran bunga Sukun (Amu) menghias dua tangga dan bagian dasar sulambe dan Palepelo (serambi).

Lampu kuno tergantung di langit-langit yang berhias bunga teratai besar, menyatu indah dalam temaram cahaya. Teratai menawan di keheningan danau Limboto yang luas, seakan berpindah dalam kebesaran budaya kerajaan Limutu.

Selain serambi, bangunan ini juga terbagi dalam Dulodehu yang meliputi ruang menerima tamu, tempat bersidang para baate dan tokoh agama serta ruang serba guna yang bisa dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan kerajaan. Sementara ruang privasi bagi raja dan keluarganya adalah kamar-kamar yang disebut Huwali.

Di teras bagian depan yang terhubung langsung dengan dua tangga adalah Palepelo, yang dulunya ditempati para pengawal kerajaan saat bertugas. Dalam persidangan yang bersifat umum, bagian teras ini bisa berfungsi sebagai tempat sidang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Selanjutnya