Mengenal Rapa'i, Alat Musik Tradisional Kebanggaan Aceh

Mengenal Rapa'i, Alat Musik Tradisional Kebanggaan Aceh - GenPI.co
Produksi Rapa'i di industri rumahan. (Foto : Hamdan GenPI Jawa Barat)

Opening Ceremoni Aceh Internasional  Rapa'i Festival 2018 yang akan digelar, Senin(05/11) malam. Alat musik Rapa'i menjadi salah satu pokok pertunjukan yang dinantikan oleh para wisatawan, lokal maupun wisman dari negara-negara   seperti Malaysia, Thailand, dan India.

Alat musik tradisional Rapa'i khas Aceh ini merupakan instrumen musik yang dimainkan dengan cara dipukul menyerupai rebana. Namun,  suara bunyi yang dihasilkan ketika dipukul Rapa'i dan Rebana akan sangat berbeda jika kita dengar. Rapa'i ini terdiri dari lima  jenis dengan fungsi berbeda-berbeda, antara lain, Rapa'i Daboh, Rapai Passe, Rapa'i Pulot, Rapa'i Kisah dan Rapa'i Geurimpheng.

Rapa'i menggunakan kulit kambing dengan warna dasar hitam dan kuning muda yang terbuat dari kulit kambing, dengan berbagai tingkat ketebalan kulit dan ukuran. Sementara kayu yang digunakan terbuat dari kayu Merbau. Untuk melekatkan kulit dengan kayu yang sudah dibentuk bulat biasanya akan diberikan lempengan logam agar jauh lebih kuat ketika dipukul.

Baca: Kota Lhokseumawe Akan Menggelar Aceh Rapa’i Festival ke 2

Salah satu rumah produksi yang masih menghasilkan alat musik tradisional Rapa'i ini adalah usaha milik Junaedi Hasballah Lokasinya  di Desa Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Di rumah sederhana ini dalam dua hari ia mengaku bisa menghasilkan satu Rapa'i yang berkualitas, untuk harga yang ditawarkannya pun cukup relatif murah,berkisar antara Rp.300.000 sampai Rp.2.000.000 tergantung permintaan para pemesan.

"Kalau dari segi berapa banyak yang dihasilkan dalam membuat, bisa banyak yang dihasilkan dalam sebulan. Tapi kalau untuk omset kita belum tahu pastinya karena harus  dibukukan tiap bulannya. Yang pasti, cukuplah untuk home insustri sederhana seperti ini " Ungkapnya saat ditemui  GenPI.co, Minggu(04/11) dalam kunjungan ke desa industri Rapa'i.

Junaedi menambahkan,  industri kecil-kecilan yang dirintis ini sudah berdiri dari generasi ke generasi. Namun sempat terhenti sementara dan kemudian beroperasi kembali di tahun 2010. Junaedi mengaku selalu menjaga kualitas Rapa'i nya dengan baik sehingga pemesan pun tidak hanya dari kota Lhokseumawe saja namun meluas hingga mancanegara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya