Kolaborasi Pentahelix

Hadapi Virus Corona, Ini yang Dilakukan Pariwisata Yogya

Hadapi Virus Corona, Ini yang Dilakukan Pariwisata Yogya - GenPI.co
Susana FGD para pelaku pariwisata Yogya yang membahas upaya menghadapi ancaman virus corona. (Foto: Dok Erwan Widyarto)

Begitulah benang merah dari FGD (focus group discussion) atau diskusi kelompok terfokus Pentahelix Pariwisata DIY yang berlangsung di Bujana Cafe, Kids Fun, Yogya, Selasa (4/2). FGD ini melibatkan akademisi, pelaku bisnis industri pariwisata, komunitas pariwisata, pemerintah dan media. Ini FGD putaran kedua yang dilakukan Pentahelix DIY.

Akademisi yang hadir di antaranya dari Puspar UGM, AMPTA, Universitas Mercu Buana, dan sejumlah sekolah tinggi pariwisata. Dari kalangan pelaku industri pariwisata hadir sejumlah asosiasi di bawah Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY. Seperti ASITA, PHRI, PPHI, PPJI, ICA, HPI, ARKI, Ivendo, dan sebagainya. Unsur pemerintah, lengkap dari Dinas Pariwisata DIY maupun dinas pariwisata lima kabupaten/kota di DIY. Hadir pula PT Angkasa Pura I, Badan Otoritas Borobudur, dan PT KAI.

Tak ingin disebut sekadar dodol abab, talk only, peserta FGD sepakat untuk membuat Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan yang berisi langkah-langkah kolaborasi dan sinergi yang bisa dilakukan segera untuk meningkatkan standarisasi pariwisata DIY. MoU yang bisa segera dieksekusi.

“Kami, dari  GIPI, mempunyai 22 asosiasi yang memiliki kompetensi dalam mengembangkan pariwisata. Kami siap untuk berkolaborasi, bersinergi, mendampingi Dinas Pariwisata dalam pengembangan pariwisata DIY menuju destinasi berkelas dunia. Atau setidaknya menjadi destinasi unggul Asia Tenggara sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Ripparda) DIY. Kami berharap segera ada MoU,” tegas Ketua Umum GIPI DIY Bobby Ardyanto Setyo Aji.

Penegasan Ketua GIPI DIY ini merespons pernyataan Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB) Agus Rochiyardi. Sebelumnya Agus mengungkapkan kenyataan adanya sejumlah destinasi yang belum mempunyai sertifikasi, tidak memiliki asuransi, ataupun standar yang diakui dunia internasional. Maka, Agus mengusulkan perlunya upaya peningkatan kompetensi dan standarisasi ini.

“Kalangan akademisi bisa melakukan edukasi, teman-teman asosiasi bisa mendampingi. Yang dari asosisasi kuliner, misalnya, mendampingi bagaimana olahan ikan di Pantai Depok, memiliki taste dan standar internasional. Sehingga bisa dijual ke wisatawan mancanegara,” urai Agus.

BACA JUGA: Kata Siapa Indonesia Tak Mampu Deteksi Corona?

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya