Tradisi Gotong Royong 'Mappatettong Bola' Rumah di Sulsel

Tradisi Gotong Royong 'Mappatettong Bola' Rumah di Sulsel - GenPI.co
Proses pembangunan rumah tradisi Mappatettong Bola disebut mambungun tiang rumah secara gotong royong. Foto : Asriadi Rijal

Era sekarang kebiasaan masyarakat selalu menjadi hal menarik untuk dilihat bahkan dituliskan sekalipun, apalagi jika adat istiadat yang masih terjaga sampai saat ini. Seperti yang diketahui Kabupaten Barru sendiri mempunyai sisi sejarah dan kebudayaan yang sangat kuat dimulai dari sistem kerajaan sampai bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakatnya. 

Dari berbagai kerajaan yang menyatu hingga terbentuk Kabupaten Barru sehingga tidak jarang kita lihat rumah kayu yang berbentuk besar seperti dikenal dengan sebutan rumah SaoRaja Lapinceng yang salah salah satunya berada di Kecamatan Soppeng Riaja.

Tipe rumah Bugis itu sendiri terdapat dua tipe yaitu rumah saoraja (salassa) dan Bola. Saoraja adalah rumah besar yang ditempati oleh keturunan Raja (kaum bangsawan) dan Bola adalah rumah yang ditempati oleh masyarakat biasa. Rumah bugis itu sendiri sangat khas dibanding dengan rumah kayu yang ada di Sumatera dan Kalimantan, tingkat perbedaan ada pada bentuk biasanya memanjang ke belakang dengan tambahan disamping bangunan utama dan bagian depan yang disebut lego-lego. 

Baca juga : Pemuda Menjaga Budaya Tradisi Mappadendang di Sulsel

Salah satu yang terlihat dalam pembuatan rumah panggung oleh masyarakat di Dusun Ceppaga, Desa Siddo, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru. Pembuatan rumah yang masih dilakukan secara gotong royong, terlihat dari prosesi adat istiadatnya sampai berdirinya rumah panggung tersebut bahkan dilakukan sebelum fajar terbit. 

Dalam bahasa bugis Mappatettong Bola disebut mambungun tiang rumah secara gotong royong, dari prosesnya awal mula petuah adat melakukan doa untuk keselamatan rumah baru. Sebelum semua tiang rumah didirikan, Terlihat dari pembacaan "barasanji" berisi shalawat nabi besar Muhammad SAW didahulukan. 

Bukan hanya itu, ada yang dinamakan "Posi Bola" sebagai pusar rumah tumpuan berdirinya. Selama berlansungnya ritual prosesi bangun rumah kayu tersebut, ada yang menarik dilakukan pemilik rumah tersebut. Sebelum semua tiang rumah berdiri pemilik rumah harus berada pada titik tengah rumah (Posi bola). 

Kurang lebih 200 orang masyarakat dusun Ceppaga terlihat mengikuti prosesi mappatettong bola tersebut. Semua terlihat saling membantu sehingga rumah panggung ini bisa berdiri kokoh selayaknya rumah panggung khas Bugis Barru. Dari sikap kegotong royongan ini sangat kental terasa ditengah hiruk pikuk ibu-ibu yang juga secara bersama sibuk menyiapkan makanan. Semua terlihat satu yaitu Kebersamaan ditengah perkembangan zaman yang semakin berubah. Hal ini patut kita banggakan jika masyarakat kita masih tersimpan nilai-nilai kegotong royongan yang kuat yang menghadirkan generasi yang faham akan arti kesatuan. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya