Ini Makna Penjor di Hari Raya Galungan

Ini Makna Penjor di Hari Raya Galungan - GenPI.co
Penjor memenuhi setiap kawasan di Bali saat Hari Raya Galungan. (Foto: Istimewa/Google Image)

Selain kemeriahan Natal, bulan Desember juga istimewa bagi masyarakat Hindu. Sebab, Raya Galungan juga jatuh pada bulan Desember ini. Tepatnya sehari setelah Natal, yakni tanggal 26 Desember.

Umat Hindu merayakan Galungan setiap 210 hari, sesuai perhitungan kalender Bali. Masyarakat Bali sendiri merayakan Galungan sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Artinya setiap rentang waktu 210 hari, mereka melakukan instropeksi diri, apakah lebih banyak melakukan kebaikan atau hal batil. Pun sebaliknya.

Perayaan Galungan ditandai dengan dipasangnya penjor pada setiap pintu masuk perkarangan rumah. Di Bali, penjor pada hari raya Galungan memenuhi setiap sudut kawasan. Keberadaaanya memberikan nuansa relijus yang kental.

Penjor sendiri adalah tiang bambu panjang yang menjulang setinggi 10 meter, kemudian dihiasi dengan daun kelapa/ daun enau muda.Hiasan lainnya adalah daun pisang kering, plawa (jenis daun), tumbuhan merambat, kolong-kolong, pala bungkah, pala gantung, jaja gina, jaja uli, pisang, dan buah

Benda ini bukan semata hiasan. Ada makna yang terkandung di dalamnya.

Dirangkum dari berbagai sumber, penjor dalam hari raya Galungan sangat berkaitan melambangkan Pertiwi Bahuwana Agung dan simbol Gunung yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan. Sebagai sarana pelengkap yang memiliki nilai sakral, dalam pembuatannya harus memperhatikan unsur-unsur ataupun alat-alat harus lengkap. Bisa dibuat seindah mungkin atau dibuat sesederhana mungkin, namun tidak mengurangi unsur perlengkapannya.

Bambu yang dianggap sebagai tumbuhan yang tegak lurus ke atas kemudian setelah di puncak merunduk ke bawah diidentikkan dengan pemimpin bahwa kebenaran harus ditancapkan setelah diatas jangan lupa yang bawah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya