Oh...Rinai, Beserta Kepergian Tanpa Lambaian Tangan

Oh...Rinai, Beserta Kepergian Tanpa Lambaian Tangan - GenPI.co
Ilustrasi : seseorang yang akan pergi dengan kereta (Foto: Pixabay)

Ada perasaan yang sedikit menggangu sebelum aku meninggalkan rumah. Tentang Rinai, Dia mungkin tidak tahu hari ini adalah hari dimana aku akan pergi, karena memang aku tak pernah memberitahunya. Maaf Nai, aku tidak pergi, aku hanya bersembunyi. 

Bapak mengantarku dengan motor Honda Supra Fit kesayangannya yang Ia beli saat aku duduk di bangku TK, bahkan yang memilih warna motor itu adalah aku. "Biar Randu tidak capek saat berangkat dan pulang sekolah." kata Bapak dulu, sebelum membeli motor tersebut.

Sedangkan Ibu menunggu di rumah, dicium, dan erat dipeluknya aku saat berpamitan dengannya. Untung saja air mataku tidak jatuh saat berada dipelukan Ibu, meskipun sebenarnya saat itu sangat mudah air mata jatuh.

Biar aku tahan, biar kesedihan tak menjadi terlalu dalam. Aku akan sangat merindukanmu, Bu. 

Honda Supra Fit Bapak membawaku menjauhi rumah perlahan, menuju Stasiun yang jaraknya tak terlalu jauh. Rintik masih saja setia, ia belum juga ingin pergi. Keberangakatanku kali ini ditemani dengan rintik hujan, dan senja. 

"Baik-baik di Jakarta, Bapak doakan yang terbaik, jangan menyusahkan Mas-masmu di sana," Kata Bapak membuka obrolan di bawah gerimis. 

"Iya pak, minta doanya yang terbaik," jawabku pada Bapak. 

"Bapak selalu doakan, le," Ujar Bapak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya