Selain Borobudur, Magelang Punya 4 Tradisi Adat Unik Ini

Selain Borobudur, Magelang Punya 4 Tradisi Adat Unik Ini - GenPI.co
Candi Gunung Wukir, tempat masyarakat melaksanakan sedekah. (Foto: http://jelajahrumputilalang.blogspot.com)

Semua sesajen dan tumpeng lantas diarak menuju sumber mata air Tlompak. Proses arakan dimulai dengan tarian topeng, geculan bocah, dan gupolo gunung. Saat tiba di sumber mata air, sesepuh akan memimpin doa.

Ruwat Bumi di Gunung Tidar

Jika biasanya gunung terletak di kawasan bukit, kali ini berada di tengah Kota Magelang. Itulah Gunung Tidar—yang disebut sebagai “pakunya tanah Jawa”. Tinggi Gunung Tidar hanya 503 Mdpl. Namun, untuk menuju ke puncaknya, perlu melewati ratusan anak tangga.

Nah, di Gunung Tidar terdapat ritual yang dikenal dengan ruwat bumi. Acara ini dihadiri oleh masyarakat sekitar. Mereka mengenakan pakaian tradisional saat datang ke Gunung Tidar. Selain itu, tiap perwakilan kelurahan atau desa harus membawa tumpeng dan lauknya. Ada dua tumpeng yang disajikan, yakni tumpeng lanang dan wadon.

Ritual Pradaksina

Pradaksina diselenggarakan di Candi Borobudur saat matahari terbit. Ritual ini dilakukan oleh para biksu. Mereka mengenakan topi merah berbentuk jambul sambil berputar mengelilingi candi sebanyak tiga kali.

Sebagian dari mereka bertugas meniup terompet dan kerang serta membawa bunga teratai berbahan kertas. Bunga itu berisi lilin yang menyala. Usai ritual pradaksina, bunga teratai diletakkan di tepi candi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya