
Setelah prosesi ritual berakhir, banyak ibu dan anak yang menangis haru, karena sebagian baru pertama kali mengikuti Si Gofi Hohu. "Terharu, apalagi pesan-pesan Dolabololo juga sangat menyentuh," ujar salah satu anak perempuan yang mengikuti ritual.
Usai Ritual Si Gofi Hohu, dihelat Pagelaran Tarian Masal Theme Song Festival Teluk Jailolo yang melibatkan 600 siswa SD dan SMP se-Halmahera Barat.
"Siswa-siswi SD dan SMP sengaja kita libatkan agar mereka tertarik dan turut melestarikan kekayaan Budaya yang ada di Halmahera Barat," terangnya.
Malam harinya, pertunjukan tari-tarian khas Suku Loloda disajikan di area pelaksanaan Festival Teluk Jailolo. Di area yang didatangi ribuan orang ini juga terdapat banyak stan yang menawarkan aneka kuliner dan kerajinan tangan khas Halmahera Barat. Tidak hanya itu, terdapat juga wahana permainan seperti Dermolen dan pertunjukan motor roda gila.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menyambut baik penyelenggaraan Festival Teluk Jailolo 2018 sebagai upaya mengangkat kembali popularitas Moloku Kie Raha (Jailolo, Bacan, Ternate dan Tidore) yang pernah tercatat dalam sejarah dunia sebagai pusat penghasil rempah-remah terbaik pada Abad XV-XVIII.
“Popularitas Moloku Kie Raha yang sejak Abad XV tersohor ke seluruh dunia sebagai kepulauan penghasil rempah terbaik dunia (spice island) menjadi branding untuk mendongkrak pariwisata Maluku Utara,” kata Menpar Arief Yahya.
Dia menjelaskan, wisata dengan latar belakang sejarah dan budaya relatif mudah dipromosikan. Catatan sejarah ekspedisi pelayaran laut dalam rangka mencari rempah-rempah pada 700 tahun silam yang dilakukan oleh bangsa-bangsa dari seluruh dunia ke Maluku Utara menjadi cerita menarik.
"Cerita itu dapat dikemas sebagai daya tarik wisata sejarah (history tourism) dan menjadi andalan Maluku Utara dalam menggembangkan sektor pariwisata. Selain daya tarik wisata alam dan budaya," jelas Menpar Arief Yahya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News