5 Mitos Menyesatkan Seputar Vaksin, Masyarakat Harus Tahu

5 Mitos Menyesatkan Seputar Vaksin, Masyarakat Harus Tahu - GenPI.co
Ilustrasi vaksin (Foto: Freepik)

Misalnya, virus campak, rubella, polio, bahkan SARS Cov-2 memerlukan inang berupa sel hidup. Dalam pembuatan vaksin, virus memang akan menginfeksi sel hidup itu dan diproduksi berulang-ulang selama bertahun-tahun dengan meninggalkan sel awal. 

Sedangkan yang diambil sebagai komponen vaksin adalah bagian dari virus atau virusnya tersendiri.

"Jadi, kalau ada yang bilang ada sel janin yang digunakan, itu terjadi pada tahun 1960-an, di mana digunakan secara legal untuk membuat vaksin dan itu sekali saja proses yang terjadi. Lantas apakah dalam vaksin ada sel janin? Jawabannya, hanya ada hasil produknya, yakni berupa virusnya saja," kata Windhi.

Mitos penyakit yang sudah ada vaksinnya, tak perlu vaksinasi lagi

Ini pun jelas hoaks. Banyak riset menunjukkan bahwa penurunan angka vaksinasi memicu kenaikan penyakit spesifik yang dilawan vaksin tersebut. 

Hal ini sempat terjadi di Indonesia pada medio akhir 2017 lalu, awalnya wabah difteri terjadi di Jawa dan merambah ke Sumatera. Pemerintah pun memutuskan untuk melakukan imunisasi nasional dan menggratiskan imunisasi difteri hingga usia 19 tahun.

"Di AS juga terjadi, tahun 2018 angka imunisasi turun dan muncul lagi. Polio sempat muncul kembali di Papua, padahal kita pernah dapat bendera bebas polio dari WHO," jelasnya.

BACA JUGA: Duh! 803 Apoteker Positif Corona, 6 Meninggal Dunia  

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya