Setelah selesai mengeluarkan curahan hatinya. Aku mengambil tisu di depan lemari dan memberikannya ke Ibu Kos.
“Makasih ya, udah dengerin, ” katanya.
Ku balas dengan anggukan dan senyuman.
Saat aku mau pamit untuk kembali ke kamar kos, tanganku lagi-lagi dicegat oleh dia. Ibu Kosku dengan muka yang sedikit garang bilang agar tidak membocorkan apa yang sudah dibicarakan tadi.
Selain itu, dia juga mengajukan sebuah perjanjian denganku. Perjanjian itu adalah aku harus selalu bersedia mendengarkan curhatan dia setiap malam Jumat.
Sebagai imbalannya, aku diperbolehkan hanya membayar uang kos 50 persen. Selain itu, di sesi curhat itu dia juga berjanji akan ada makanan yang enak sebagai bentuk terima kasihnya yang lain.
Tentu saja sebagai mahasiswa perantauan, tawaran itu sangat menarik. Aku tanpa pikir panjang langsung mengiyakan perjanjian tersebut.
BACA JUGA: Tragis, Truk Pengangkut Ayam Merenggut Cinta Pertamaku
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News