Gebyuran Bustaman, Tradisi Perang Air Menjelang Ramadhan

Gebyuran Bustaman, Tradisi Perang Air Menjelang Ramadhan - GenPI.co
Gebyuran Bustaman, Tradisi Perang Air Menjelang Ramadhan (Sumber foto: Gus Wahid)

Ditimpa dengan aneka warna bubuk, perang air semakin meriah. Warna-warninya membuat Gebyuran Bustaman menjadi tradisi perang air yang harus dilestarikan.

“Syaratnya hanya satu, tidak boleh marah jika terkena lemparan air. Makanya bagi warga atau pengunjung tidak diperkenankan membawa alat elektronik karena dapat tersiram air kapanpun juga,” terang Hari Bustaman, sesepuh kampung.

Gebyuran Bustaman, Tradisi Perang Air Menjelang Ramadhan
Yang tidak kebagian kantong air, membawa aneka rupa alat. Ember, gayung ataupun botol bekas air mineral, hingga selang dari kran langsung dimanfaatkan untuk menyerang balik

Dijelaskannya, tradisi ini berawal dari pendiri kampung yakni Kertoboso Bustam yang selalu memandikan anak-anaknya di sumur tua setiap kali menjelang Ramadhan.

“Sudah lima tahun terakhir tradisi ini kami hidupkan kembali untuk mengenang semangat pendiri kampung. Sekaligus sebagai sarana mensucikan diri memasuki bulan puasa,” imbuhnya.

Indriyasari menambahkan, pihaknya sangat mendukung kegiatan ini. Bahkan sudah memasukkannya dalam agenda wisata Kota Semarang.

Ia berharap, Gebyuran Bustaman dapat dikemas lebih baik sehingga dapat menjadi paket wisata. Dengan demikian, wisatawan domestik atapun turis asing tertarik untuk kemudian menggulirkan ekonomi warga.

“Seperti halnya festival Songkran di Thailand yang setiap tahun menyedot perhatian wisatawan. Ini sama, hanya mungkin kemasannya yang agak berbeda. Tapi saya optimis, Gebyuran Bustaman dapat dijual layaknya Songkran,” tandasnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya