GenPI.co 
Saat menatap itu, terputar instrumen khas yang biasa di pernikahan.
Aku pun jadi malu, Ine juga sepertinya begitu. Aku menatap matanya, dia masih malu-malu.
Dalam keadaan yang kaku, aku tiba-tiba terpikir kalau Ine mungkin adalah jodoh Tuhan yang dikirimkan ke aku.
Matanya lucu, wajahnya cantik, aku sudah cukup akrab dengannya, dan saat berhadap-hadapan seperti ini, pesona dia benar-benar membuat aku luluh.
Tak terasa, waktu sudah berjalan lebih dari tiga menit. Teman-temanku sengaja tak memberitahu batas waktu sudah habis.
"Cie...cie...cie, sampai lama banget menatapnya, bentar lagi ada yang jadian, nih," katanya.
Aku hanya bisa malu, malu mengakui bahwa itu adalah keinginanku.
Permainan dimulai kembali, tetapi mataku tak pernah berhenti menatapnya terus.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
