
Kami membawa bunga-bunga segar dan kendi berisi air.
Di makam ayah, aku dan adik langsung mencabuti rumput-rumput kecil yang mulai tumbuh.
Aku membayangkan diriku sedang mencabuti uban ayah yang mulai tumbuh.
BACA JUGA: Memasuki Ramadan di Australia, Aku Mulai Menyetok Bahan Makanan
Aku mengelus batu nisan bertuliskan tanggal paling sedih yang pernah kulihat.
"Dulu, sewaktu ibu memarahiku, aku langsung menuju meja kerja ayah dan memeluknya. Ya, dia mengelus kepalaku untuk menenangkanku," batinku berbisik.
BACA JUGA: Ramadan di Jepang, Suasana Tampak Jauh Berbeda
Aku dan adikku lantas mendoakan ayah di samping makamnya.
"Ayah, semoga bahagia di sana. Ayah lagi apa di sana? Ayah doakan kami, ya," ucapku lirih.
BACA JUGA: Keajaiban Ramadan: Pembeli Soto Ramai, Banjir Berkah
Usai berdoa, aku memandangi makam itu lebih lama dari biasanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News