
Kurnia lahir. Nakal. Sekolahnya ogah-ogahan. Untung bisa tamat SMP. Sejak SMP, Kurnia sudah lebih senang ''sekolah'' di bus.
Ia ikut perjalanan jauh Bengkulu-Jakarta dan ke mana saja bus ayahnya berkelana. Syukurlah di Jakarta Kurnia sempat lulus STM.
Mengapa bus Bengkulu ini bernama Siliwangi? Zaman itu di penyeberangan Merak-Bakauheni begitu banyak preman.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Siapa Membunuh Putri (3)
Dalam persaingan antarpreman pun yang kalah pengusaha. Apalagi banyak oknum di dalam preman itu.
Ayah Kurnia cari godfather. Ia pernah menjadi sopir Jenderal Himawan Sutanto. Sudah seperti keluarga. Ketika sang jenderal tugas ke luar negeri pun Kurnia ditawari ikut serta.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Suharso Monoarfa: Amplop Suharso
Kelak, ketika sang ayah sudah menjadi pengusaha bus, hubungan baik itu sangat berguna. Ia mengadu soal perpremanan di Merak-Bakauheni.
"Beres," ujar Sang jenderal. "Bilang saja bus itu milik saya," tambahnya.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Siapa Membunuh Putri (2)
Tidak hanya kata-kata. Sang jenderal juga menulis oret-oret: jangan ada yang ganggu bus-bus miliknya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News