Indonesia Tak Masuk Pasien IMF, Pengamat Ekonomi Sebut Ada Pengaruh dari Jokowi

Indonesia Tak Masuk Pasien IMF, Pengamat Ekonomi Sebut Ada Pengaruh dari Jokowi - GenPI.co
Pengamat Ekonomi sebut ada pengaruh dari Jokowi sehingga Indonesia tak masuk pasien IMF. Foto: Antara

GenPI.co - Pengamat Ekonomi dari Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya Rosdiana Sijabat bersyukur Indonesia tidak termasuk dalam 28 negara yang disebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi "pasien" International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional.

Rosdiana mengakui, meski banyak negara terancam kolaps, Presiden Jokowi tetap optimis dengan ekonomi Indonesia yang terus membaik, dan menjadikan landasan kuat buat Indonesia untuk tidak menjadi pasien IMF seperti negara-negara lain.

"Menurut saya adalah sesuatu yang bagus. Kami tahu kira-kira 50-an negara itu kinerja ekonominya sudah melambat, ada banyak negara yang mengalami hiper inflation inflasi yang di atas 100% dan terakhir kita mendengar bahwa ada sekitar kurang lebih 28 negara ini sudah siap-siap minta tolong kepada IMF," kata Rosdiana saat dihubungi, Jumat (14/10/2022).

BACA JUGA:  Penggugat Ijazah Palsu Jokowi Ditangkap, Polri Amankan Konten YouTube Gus Nur

Selain itu, juga dipengaruhi oleh optimisme dari Presiden Jokowi menciptakan rasa confidence yang ditangkap sebagai sinyal positif oleh para pelaku pasar, bahwa Pemerintah Indonesia melakukan antisipasi-antisipasi ekonomi yang baik di tengah situasi global tidak terlalu baik.

Rosdiana berharap, para menteri di kabinet Jokowi menyambut optimisme presiden dengan melakukan langkah cepat dalam mengantisipasi terhadap ancaman krisis global.

BACA JUGA:  Penggugat Ijazah Palsu Jokowi Resmi Jadi Tersangka Penistaan Agama

"Ini harus disambut oleh para menteri supaya sama-sama menyiapkan antisipasi, bahwa apapun sebenarnya bisa terjadi tetapi komitmen kita adalah komitmen pemerintah adalah bagaimana kita tidak menjadi pasien dari IMF," tegasnya.

Menurut akademisi itu, situasi saat ini tidak baik di tengah kondisi Rusia dan Ukraina yang tidak jelas, kemudian dampak pandemi selama kurang lebih 3 tahun ini juga tidak terlalu baik untuk berbagai negara, serta ancaman inflasi selalu menjadi ketakutan tersendiri karena harga komoditas pangan, harga energi di tingkat internasional terus naik dan itu membuat tekanan inflasi.

BACA JUGA:  Beredar Kabar Reshuffle Kabinet, Jokowi Butuh Menteri Loyal dan Solid

"Nah yang menjadi problem adalah banyak negara, terutama di negara-negara maju juga mengalami inflasi yang tinggi dan ini tidak baik bagi negara-negara emerging country dan juga negara Indonesia. Sehingga trend pengetatan suku bunga yang dilakukan bank sentral di berbagai negara, misalnya di Amerika serikat dan di Eropa itu juga akan berdampak kepada Indonesia," katanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya