Catatan Dahlan Iskan: Bursa Warung

Catatan Dahlan Iskan: Bursa Warung - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Sebaliknya pemasok tidak mau kirim barang di depan. Takut tidak dibayar.  Ada hambatan lain: toko/warung tidak mau jualan dibayar lewat aplikasi. Toko dan warung ingin hari itu juga harus terima uang. Pembelian lewat aplikasi uangnya baru masuk paling cepat keesokan harinya.

Aad berani membayarkan ke toko/warung di hari yang sama. Itulah yang membuat warung dan toko mau jualan pakai barcode.

"Saya pernah habis Rp 1,5 miliar sehari," ujar Aad.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Doktor Malam

Tapi aplikasi MPStore-nya laris. Aad lantas menjalin hubungan dengan bank swasta. Ia minta kredit yang akan dibayar satu hari. Banknya mau. Tapi Aad minta tidak mau pakai bunga.

Ia beralasan bahwa yang ia kerjakan itu sebenarnya pekerjaan bank. Berhasil. Bank setuju. MPStore kian berkembang. Sampai bisa mencapai 600.000 lebih sekarang ini.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Doktor Teguh

Aad bukan keturunan pengusaha. Ayahnya, almarhum, adalah politisi –anggota DPRD Bangkalan dari Golkar. Sebenarnya sang ayah minta Aad juga jadi politisi. Aad pilih kerja sebagai orang pemasaran di lapangan. 

Kini Aad tinggal di Surabaya Timur. Rumahnya yang di Bangkalan tetap dipertahankan. Ia orang Bangkalan asli. Lahir, SD, SMA di Bangkalan. Kuliahnya pun di Bangkalan –Universitas Trunojoyo.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Nusantara Indonesia

"Saya ini Madura Negeri," kelakarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya