
Agung menyebut tahun lalu BRI cabangnya menyalurkan KUR senilai Rp 976 miliar. Meskipun syarat untuk mengakses KUR bagi UMKM ini cukup mudah, tapi pihaknya tidak bisa sembarangan memberikan pinjaman. Maka dari itu, bank mesti mendeteksi kemampuan dan prospek pelaku usaha supaya KUR yang diberikan tepat sasaran.
“Jangan sampai memberatkan, tidak sesuai kemampuan. Saya mending apa adanya, mereka akan cenderung gampang saat mereka butuh,” imbuh dia.
Agung menjelaskan KUR merupakan bantuan sosial yang memiliki tujuan umum adalah meningkatkan perekonomian masyarakat. Sebagai contoh di Solo, pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara otomatis berdampak positif bagi UMKM.
BACA JUGA: Manjakan Nasabah, BRI Slamet Riyadi Solo Hadirkan Mesin SSB di BRI24
Tak hanya membikin klaster UMKM, BRI Cabang Slamet Riyadi Solo juga melakukan closed loop ecosystems. Agung menyebut di era digitalisasi ini diperlukan ekosistem bisnis yang saling menguatkan antara perbankan dan nasabah.
Dia mencontohkan usaha pentol monster (Penmo) Solo milik Harijanto yang merupakan nasabah BRI. Usahanya pun masuk UMKM binaan BRI. Tak cuma memberikan kemudahan KUR, BRI membantu menghubungkan Penmo dengan produsen daging segar yang menjadi bahan baku utama jajanan pentol ini. Kebetulan produsen daging ini juga nasabah BRI.
BACA JUGA: Nyaris Kehabisan Uang di Pulau Karimunjawa, Wong Solo Bersyukur Ada BRI
“Ini closed loop ecosystems, semua terintegrasi menjadi 1. Cara mengawinkan usaha antarnasabah ini lebih efisien,” ungkap dia.
Agung menegaskan jasa layanan perbankan sebenarnya sama, tapi yang membedakan adalah servisnya. Menurut dia, seseorang dianggap banker sukses apabila bisa membikin nasabah lebih kaya dari sekarang.
BACA JUGA: Ada BRImo Bikin Perantau Bisa Transaksi di Mana Saja dan Kapan Aja
Caranya adalah banker juga mesti bisa menjadi marketing nasabahnya. Dia memanfaatkan jaringannya (network) untuk dihubungkan (link) sehingga bisa dilakukan link and match antarnasabah BRI.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News