FPBA 2018 Suguhkan Pesona Papua

FPBA 2018 Suguhkan Pesona Papua - GenPI.co
Tetarian Suku Asmat (Foto: Salam Papua)

Tanah Papua, serpihan surga di Timur Indonesia. Alamnya eksotik tak tertandingi. Kekayaan alam baik flora dan fauna membuat pulau ini selalu memesona siapa saja yang datang mengunjuginya. Pun keramahan Pace dan Mace akan membuat serasa di rumah sendiri.

Kamu yang ingin menikmati pesona Papua, bulan Juni mendatang adalah saat yang tepat. Semua keeksotisan bumi Papua akan dirangkum dalam Festival Pesona Budaya Asmat (FPBA) 2018. Menunya beragam tradisi, seni, hingga budaya Asmat yang menakjubkan.

Masih cukup waktu untuk mengatur perjalanan menuju bumi cantik Papua. Sebab, FPBA 2018 ini baru digelar 19-23 Juni 2018. Lokasinya direncanakan di Lapangan Yos Sudarso, Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.

Memamerkan semua warna eksotis bumi Papua, FPBA 2018 akan menjadi etalase beragam karya seni ukiran. Asmat adalah brand besar bagi karya ukiran, khususnya patung. Lebih hebat lagi, para seniman Asmat tidak memerlukan sketsa untuk menghasilkan karya ukiran patung bernilai tinggi. Kehebatan ini tumbuh alami dan diwariskan lintas generasi.

FPBA dari tahun ke tahun selalu menarik. Sebab, festival ini menyajikan lelang ukiran Asmat dan lebih dari 50% laku terjual. Nilai transaksinya pun fantastis ratusan juta hingga miliaran rupiah. Komposisi ini tentu bagus bagi perekonomian masyarakat. Selain patung, Asmat juga terkenal dengan tarian dan nyanyiannya. Mereka memiliki banyak sanggar dan kelompok tari dengan tifa sebagai propertinya.

Menyajikan beragam tradisi Asmat, FPBA menjadi venue berkumpulnya para penenun. Ada juga para pemusik tradisional Asmat. Menegaskan kekayaan budaya, lomba dayung perahu tradisional digelar di Sungai Syirets. Menpar menambahkan, FPBA 2018 ini merupakan situs antropologi besar. Sebab, semua sisi dari eksotisme Asmat ditampilkan semuanya.

Kualitas yang ditawarkan festival ini fantastis. Asmat pada 2003 dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh Unesco. Festival ini juga dikurasi oleh waktu dengan rentang panjang. Awalnya bernama Festival Budaya di tahun 1980-an, event ini ditandai lomba menggambar dan mengukir digelar di tingkat sekolah. Para siswa ternyata memasukan unsur ukiran, lomba pun diganti ukiran.

Pada akhir 1990-an, dukungan penuh diberikan oleh Bupati Merauke. Festival Budaya ini digelar setiap Oktober. Namun, pada 2004 terjadi pemekaran wilayah dan Festival Budaya berpindah ke Kabupaten Asmat. Digelar di Gedung Soska, Lapangan Yos Sudarso, festival ini menyajikan beragam karya pahatan, tari tardisional, juga beragam budaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya