Dear Diary

Bukan Kisah Hohohihi, Tapi Bisa Bikin Kamu Nostalgia

Bukan Kisah Hohohihi, Tapi Bisa Bikin Kamu Nostalgia - GenPI.co
Ilustrasi bermain layang-layang. (Foto: Elements Envato)

Aku turut ada di situ, tergabung dalam kelompok anak-anak tersebut. Dibandingkan dua anak lain, aku lebih banyak diam dan memperhatikan benda di langit yang adalah dua buah layang-layang itu.

Salah satu layang-layang di langit itu adalah kepunyaaanku. Sementara layang-layang lain, yang terbang di dekatnya, entah punya siapa. Layang layang itu, meski ukurannya tampak lebih kecil dari layang-layang punyaku, namun bentuknya sangat menarik dan tidak biasa. Bentuknya itulah yang membuat kami bersepakat untuk ‘membajak’ layang-layang milik orang lain itu di udara.

Aktifitas membajak layang–layang di udara ini adalah bagian seru dari musim layang-layang yang hadir pada bulan Juni atau Juli di Ruteng, saat di mana langit siang bersih tanpa awan dan hujan tak turun selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. 

Jika di tempat lain mungkin diistilahkan dengan ‘adu layangan’, namun aku lebih suka  menyebutnya dengan ‘membajak layang-layang’, karena memang itulah yang terjadi.

Bayangkan, kau tengah asyik menerbangkan layang-layangmu di suatu siang yang cerah lagi damai, sebuah layang-layang lain muncul entah dari mana, melakukan manuver di dekat layang-layangmu sehingga benangnya membelit dan memelintir benang layang-layangmu.

Engkau tentu panik,  sepanik  kapten Philip yang kaget kala mengetahui kapal pengangkutnya tengah diikuti oleh sekelompok perompak Somalia. Atau mungkin sepanik kapten kapal dagang Inggris yang mendapati  kapalnya dibayang-bayangi oleh Black Pearl saat mengarungi perairan Karibia. Di tempat lain, ‘Jack Sparrow’ sialan yang mengendalikan layang-layang pembajak itu melakukan gerakan-gerakan tertentu sehingga benaknya menggesek benangmu hingga putus.

Pada saat seperti itu, tidak ada yang dapat kau lakukan selain meladeni permainan  sembari berdoa semoga ia tidak menggunakan benang kaca atau benangmu cukup kuat untuk membalik situasi sehingga si pembajak malah jadi orang yang terbajak, .

Dua layang-layang itu masih menukik ke kiri dan ke kanan.  Jelas ada perlawanan dari layang-layang yang hendak kami bajak itu. Mungkin di antara mereka ini, akulah yang  yang paling dilanda kecemasan. Layang-layang merah kuning yang tengah bertarung di langit itu adalah yang kedua dalam minggu ini. Dalam peristiwa pembajakan yang tengah berlagsung itu, alih-alih  memegang kendali atas layang-layangku, aku hanya berperan sebagai penonton, sembari mengeluarkan celetukan-celetukan kecil karena cemas. Kendali layang-layang aku percayakannya pada Yos lantaran pengalaman dan keterampilannya dalam  melakukan pembajakan seperti itu. 

Sebentar ia mengulur benang, lalu kemudian dia menggulung lagi, melakukan hentakan-hentakan lembut, atau dengan sengaja membiarkan layang-layang lawan itu menarik layang-layang kami itu.  Bagian terakhir itulah yang membuat hatiku cemas tidak karuan. Meski  aku percaya sepenuhnya pada Yos dan yakin ini adalah bagian dari taktiknya, namun rasa percaya itu tak lantas membuat hati jadi nyaman.

Rupanya Kanis juga merasakan kecemasan yang sama. Begitu pula halnya dengan Luis.  Dia tampak tidak setuju ketika Yos seperti membiarkan saja layang-layang kami itu ditarik-tarik layang-layang musuh.

“Oii Yos, jangan dilepas. Balas tarik kah! Awas dia yang menang,” suaranya meninggi.

Yos tidak memperhatikan ucapan Luis. ia tetap tenang dalam melakukan taktiknya.  Bagai seorang panglima bijak  dalam sebuah pertempuran laut, ia bermuslihat sehingga musuh merasa berada diatas angin, sampai kemudian dikeluarkan sebuah serangan pemungkas yang membuat lawan terpana tak percaya, termasuk kami yang berkumpul di tempat itu.

BACA JUGA: Cinta Mereka Kandas di Terminal Bandara

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya