
“Eh, nggak, kok. Sejak kapan kau di sini?” tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Kau menangis?” ulangnya.
Aku tak menjawabnya. Dia diam menungguku bicara.
“Emm, oke. Mungkin ini terlalu berlebihan dan mungkin musik ini sangat tidak sesuai dengan selera musikmu. Mau coba dengerin? Nggak usah peduliin musiknya kalau emang nggak suka. Cermatin aja liriknya,” kataku sambil memberikan kedua headset-ku.
Ragu, dia menerimanya dan memasang di telinganya. Aku tak pernah tahu mengapa kamu selalu ada di hidupku
Kita pun tidak punya satu ikatan cinta. Mengapa kita tak bisa menjadi sepasang kekasih hati selamanya?
Padahal kita kan saling mencintai satu sama lain. Dia mengangsurkan balik headset-ku.
“Eh, udah? Gimana menurutmu?” tanyaku, sedikit tersipu untuk menanyakan reaksinya dari sebuah lagu. Konyol.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News