Edi Warman, Dulu Penjahat Sekarang jadi Guru Ngaji

Edi Warman, Dulu Penjahat Sekarang jadi Guru Ngaji - GenPI.co
Edi Warman.

Wajahnya ramah dan tampak menua. Ia tampak bersahaja, berdiri di depan kelas menghadap ratusan murid TPA/TPSA Syekh Abdul Manan. Sisa keperkasaan di masa muda masih membekas. Sementara  bibirnya selalu mengumbar senyuman para sekalian siswa. Suasana kelas hening, sebab para takzim pada sosok renta yang sedan berbicara itu.

Edi Warman saat ini telah menginjak usia ke 60nya. Sudah senja. Jika dilihat puluhan tahun lalu, tak ada yang bakal menyangka kalau sosok ini pernah lama berkubang dalam dunia kejahatan. Mencuri, merampok bahkan hingga membunuh pernah dilakukannya. Berkali-kali pula raganya harus dikerangkeng di aling jeruji besi.

Namun itu dulu, saat hidayah masih belum menyentuh sanubarinya.

Kepada GenPI.co, Edi mengisahkan perjalanan kehidupannya. Ia lahir dan melalui masa kecilnya di Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru. Hingga tamat SD, dia dididik dan dibesarkan dengan ajaran agama yang kuat oleh kedua orang tuanya. Kelakuannya berubah liar saat duduk di bangku SMP, kala dia pindah sekolah di Jakarta. Saat itu, dia terpaksa ikut karib kerabatnya yang tinggal di ibukota.

Edi rupanya tak tahan tinggal bersama keluarga itu. Ia memberontak dan memilih tinggal jalanan yang keras.  Meski demikian, ia masih sempat menjadi juara mengaji se-DKI Jakarta tingkat SMP.

Hidup di jalan, Edi terlibat perselisihan dengan sesorang. Ia jadi dendam. Bahkan setelah pulang dan melanjutkan sekolah SMA di kampung, dendamnya tak hilang. Lulus SMA ia kembali ke Jakarta untuk melampiaskan dendamnya itu. Hasilnya dia masuk bui selama lima tahun.

Alih-alih jera lantaran dikurung, Edi semakin beringas. Ia malah semakin larut dalam dunia kejahatan dan menjadi penjahat kelas kakap. Dalam 25 tahun menjalani kehidupan kelam, segala hal sudah dilakukannya. Berkali-kali ia sadar sedang menyimpang. Namun ia terpaksa mengikuti pola permainan dunia hitam. Jika tidak, binasa adalah risikonya.

“Jika saya tidak membunuh, maka saya yang akan dibunuh, begitulah dunia kejahatan. Siapa yang kuat dia yang menang. Tapi itu, dulu, sudah lama sekali,” ujar Edi sambil menyeruput kopi hitamnya saat ditemui di TPA/TPSA Syekh Abdul Manan akhir pekan lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya