GenPI.co 
Sukarelawan yang telah membantu orang-orang yang melarikan diri dari Don Taw dan desa-desa terdekat itu mengatakan tidak jelas apakah para korban adalah anggota milisi atau warga sipil biasa.
Dr Sasa, juru bicara pemerintah sipil bayangan Myanmar yang dibentuk setelah kudeta, menuduh para korban dicambuk, disiksa, dan akhirnya dibakar hidup-hidup.
Dalam sebuah posting di media sosial, dia menyebutkan apa yang dia katakan sebagai nama 11 orang, semuanya laki-laki dan termasuk anak laki-laki berusia 14 tahun.
BACA JUGA: Mayoritas orang Israel Mendukung Serangan terhadap Iran
"Serangan-serangan mengerikan ini menunjukkan bahwa militer tidak menghargai kesucian hidup manusia," katanya.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan PBB sangat prihatin dengan laporan pembunuhan yang mengerikan itu
BACA JUGA: Pohon Natal Baru Dipasang 2 Hari, Langsung Dibakar Orang Jahat
"Kami mengutuk keras kekerasan semacam itu dan mengingatkan otoritas militer Myanmar akan kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk memastikan keselamatan dan perlindungan warga sipil. Orang-orang yang bertanggung jawab atas tindakan keji ini harus dimintai pertanggungjawaban," kata Dujarric.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis.
BACA JUGA: Geger Skandal Besar eks PM Malaysia, Pengadilan Mengetok Palu
Protes yang meluas tumbuh menjadi perlawanan pembentukan milisi, yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), untuk menghadapi tentara yang diperlengkapi dengan baik.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
