
Ketika remaja Cheung sudah punya cita-cita jadi orang kaya dengan jalan yang mudah: menjadi preman. Perampokan, penculikan, pembunuhan adalah program kerjanya. Foya-foya adalah visi misinya.
Ketika sudah punya banyak uang Cheung ternyata tidak pelit. Uang mudah didapat, juga mudah dilepas. Anggota gangsternya dapat bagian layak. Hujan selalu merata di sekitar Cheung.
Ketika menginap di suatu hotel, banjir tip melanda hotel itu. Sekali judi, Cheung pernah kalah Rp 200 miliar.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ketum Partai Prima: Jabo Prima
Cheung juga pernah ditangkap polisi Hongkong. Ia dijatuhi hukuman 18 tahun. Anak buahnya ada yang dijatuhi hukuman 41 tahun. Tapi Cheung akhirnya bebas. Ia mengajukan banding. Tidak ada fakta hukum mengenai keterlibatannya.
Tidak ada bukti. Tidak ada saksi. Hukum Inggris yang berlaku di Hongkong saat itu memungkinkan Cheung bebas.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Misteri Toba
Semua diatur dengan sangat rapi. Uang tebusan itu misalnya, harus uang kontan. Tidak ada jejak digital. Pun ketika uang yang diminta sangat banyak. Begitu banyaknya sampai harus dimasukkan 20 kopor yang diangkut bersamaan oleh dua sedan limousin Mercy.
Penyerahannya pun di pusat kota Hongkong. Di Central. Yakni di satu jalan yang paling sepi di Central.
Kini yang seperti itu tidak mungkin lagi terjadi di Hongkong. Setahun setelah Hongkong diserahkan ke Tiongkok, Cheung ditangkap. Dibawa ke Guangzhou. Dengan cara gelap -seperti kedatangannya ke Hongkong zaman ia kecil.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News