Catatan Dahlan Iskan: Arab Yahudi

Catatan Dahlan Iskan: Arab Yahudi - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Malam itu, tengah malam, saya tiba di Terminal Tabuk dari Madinah. Naik bus umum murah. Hanya 180 riyal untuk 12 jam perjalanan. Saya merasa berhasil berhemat 800 riyal. Luar biasa pujian untuk diri sendiri. 

Hotel di Tabuk pun saya pilih yang pahe: 200 riyal. Daripada di hotel bintang 4 yang 600 riyal. Toh hanya untuk tidur 3 jam. Saya kembali bangga. Berhasil berhemat lagi 400 riyal.

Kembali ke terminal pagi itu pun dengan tujuan yang sama. Ingin naik bus umum lagi ke tujuan akhir: Sharma. Yakni kota wisata di pantai Laut Merah. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Muhammad bin Salman: Barang Titipan

Saya tidak akan ke kota pantai itu. Saya tidak sedang berwisata. Saya ingin ke satu proyek sebelum kota Sharma. Proyek Neom. Yakni kota baru impian putra mahkota Mohamad bin Salman.

"Tidak ada bus jurusan Sharma," ujar petugas loket karcis di terminal kecil itu. Apalagi Neom. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Grup Adani: Juru Selamat

Saya kecewa. Berarti saya harus carter mobil. Pasti mahal. Saya menyesal: pagi ini gagal berhemat kali kedua.

Memang banyak mobil berderet di depan terminal itu. Saya tidak mau langsung ke deretan itu. Takut jadi rebutan. Seperti malam sebelumnya. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tikungan Lion

Diperebutkan seperti itu saya tidak bisa berpikir jernih. Akhirnya sudah berhasil menawar separo pun masih begitu mahal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya