Catatan Dahlan Iskan: Kucing Jembatan

Catatan Dahlan Iskan: Kucing Jembatan - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Dibuang ke satu bengkel di luar kota Nanchang. Umurnya sudah 68 tahun. Ia tidak diberi staf di bengkel itu. Ia boleh sibuk di bengkel itu - -seorang diri.

Zaman Revolusi Kebudayaan itu semua pejabat tinggi sealiran dengan Deng harus dikirim ke desa terpencil. Demikian juga kaum terpelajar dan orang kaya. Mereka harus meninggalkan kota. Dikirim ke sawah. Mencangkul. Menggarap sawah. Buruh tani adalah soko guru Komunisme.

Tapi rakyat kian menderita dengan revolusi itu. Apalagi, sebelum itu rakyat sudah kelaparan akibat kebijakan Mao yang lain: ''Lompatan Jauh ke Depan''. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Wuhan: Mao Muda

Bahkan Revolusi Kebudayaan sendiri dianggap hanya untuk menutupi kegagalan Mao di Lompatan ke Depan.

Deng dianggap sosok pimpinan tinggi yang diam-diam tidak setuju dengan dua langkah besar Mao itu. Deng harus disingkirkan. Terutama oleh Geng Empat yang sangat dekat dengan Mao. Geng itu dipimpin Jiang Qing, istri Mao. Dia bekas bintang film. Bintang panggung.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Nagabonar Sudan

Ketika Mao sakit-sakitan dan rakyat kian kelaparan Deng diam-diam dipanggil dari Nanchang. Yang memanggil adalah kelompok elite di luar Geng Empat. 

Jiang Qing tidak senang. Agar tidak konflik terbuka, Deng tidak diberi jabatan resmi. Hanya saja ia dinobatkan sebagai penyusun konsep ekonomi baru agar Tiongkok keluar dari kehancuran.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Dokter Ahli Kanker: Lebaran Mik

Ketika Mao akhirnya meninggal, Jiang Qing ditangkap. Bersama gengnyi. Ditahan. Diadili. Dijatuhi hukuman mati –yang kemudian diubah menjadi seumur hidup. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya