Media Massa Myanmar Ambruk, Hampir Semua Diberedel

Media Massa Myanmar Ambruk, Hampir Semua Diberedel - GenPI.co
Seorang tentara melihat spanduk yang dipasang di kendaraan lapis baja di depan Bank Sentral Myanmar saat aksi protes berlangsung di Yangon, Myanmar. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/AWW/djo

GenPI.co - Masa depan Myanmar makin suram. Pembunuhan terhadap demonstran selalu saja ada. Sekarang, giliran media massa dibut ambruk. Hampir semua media massa di Myanmar diberedel.

Hanya media massa pemerintah saja yang boleh terbit. Itu pun isinya dikendalikan junta militer. Sementara media massa non pemerintah dipaksa berhenti terbit.

“Apa pun yang terjadi di Myanmar dalam beberapa bulan mendatang, ekonomi akan runtuh, menyebabkan puluhan juta orang dalam kesulitan dan membutuhkan perlindungan segera,” kata sejarawan dan penulis, Thant Myint-U, di Twitter.

Jurnalis yang biasa bekerja menyebarkan fakta tak lagi bisa berkarya. Sekitar 37 jurnalis telah ditangkap, termasuk 19 orang yang masih ditahan.

Sementara pihak berwenang telah memerintahkan beberapa surat kabar untuk ditutup. Sedangkan yang lain terpaksa tutup karena alasan logistik.

Koran non pemerintah terakhir berhenti terbit pada Rabu. Kantor Berita non pemerintah Tachilek di timur laut menerbitkan foto-foto pekerja yang memotong kabel.

Aktivitas ini dilaporkan sebagai sambungan dengan negara tetangga Thailand. Kondisi ini tidak bisa diverifikasi karena informasi di dalam negeri menjadi semakin sulit untuk didapatkan.

Pihak berwenang telah membatasi layanan internet yang digunakan pengunjuk rasa untuk mengatur gerakan di jalan. Akses ke WiFi di tempat umum sebagian besar ditutup pada hari Kamis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya