Menpar Arief Yahya Presentasikan MPD di ATF 2019 Vietnam

Menpar Arief Yahya Presentasikan MPD di ATF 2019 Vietnam - GenPI.co

Inspirasi datang dari Menpar Arief Yahya di arena ATF 2019, ASEAN Tourism Forum, di Ha Long Bay, Vietnam, 16-18 Januari 2019. Saat berbicara di Minitrial Meeting, atau pertemuan level menteri Pariwisata, dia memaparkan soal MPD, Mobile Positioning DATA. Cara terbaru dalam menghitung wisatawan melalui tanpa campur tangan manusia. 

Ini adalah revolusi dalam metoda statistic yang berbasis pada teknologi. Meminimalisasi campur tangan manusia dalam menghitung orang, tetapi secara otomatis dilakukan mechine to mechine. Jauh lebih akurat dibandingkan dengan penghitungan manual, maupun cara survey yang menggunakan sampling. “Teknologi bisa menjawab lebih presisi, lebih pasti, lebih meyakinkan,” jelas Menpar Arief Yahya.

Berangkat dari sebuah fakta, bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan, atau archipelagic country. Lebih dari 17 ribu pulau, 108.000 kilometer di perbatasan atau cross border. “Tentu tidak mudah menghitung sebegitu luas dan panjang daerah dengan cara manual melalui kantor Imigrasi. Solusinya gunakan teknologi,” kata Menpar Arief Yahya di ATF 2019 itu.

Risikonya, tidak semua perbatasan bisa dimonitor penuh, selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Selain itu, tidak semua perbatasan memiliki border gates. Sementara survey di perbatasan dalam jumlah banyak dan waktu yang panjang, tentu juga tidak murah.

Sejak akhir tahun 2016, BPS – Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Kemenpar sepakat menerapkan Metodologi MPD, Mobile Positioning Data untuk menghitung statistika data kunjungan wisatawan, terutama di kawasan perbatasan. “Ada banyak kelebihan dalam penghitungan menggunakan teknologi MPD ini, dibandingkan dengan cara manual,” jelas Arief Yahya, yang expert di digital technology ini.

Misalnya, proses menghitungnya dilakukan secara otomatis oleh mesin, tidak lagi banyak campur tangan manusia. Waktu menghitung juga terpantau terus selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 52 Minggu setahun. Bisa mendeteksi pengunjung di luar yang tercatat oleh Imigrasi. “Dan bisa melihat visitor, berapa lama tinggal, berapa kali datang sepanjang tahun, dan darimana negara originasinya,” ungkap Arief Yahya.

Di Indonesia, yang diterapkan MPD ini meliputi Kepulauan Riau, Kalimantan, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Papua and Nusa Tenggara Timur. “Jika MPD sukses dilakukan untuk Indonesia, maka konsep dan teknologi ini bisa diperluas ke seluruh ASEAN, untuk menghitung pergerakan orang dari satu titik ke titik yang lain,” jelasnya.

Indonesia, kata dia, menggunakan signal. Semua signal dari handphone bisa ditangkap oleh  BTS atau antena, baik ketika mereka tidak sedang dipakai berbicara maupun pengiriman data text maupun gambar. “Pergerakan handphone itu sama dengan pergerakan orang, jadi dengan mesin semua bisa dideteksi,” kata Arief Yahya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya