“Perlu dipahami bahwa konteksnya pemberitaan beredar di tahun atau periode yang sangat sensitif politik saat ini. Semua tahu beberapa hari ke depan akan ada pencoblosan, sehingga sangat memungkinkan motif pemberitaan seperti ini," ucap Prabu dari rilis yang diterima GenPI.co, Senin (5/2).
Lebih lanjut, Prabu Revolusi juga menyoroti kemungkinan adanya kepentingan politik dari serangan tersebut.
"Ada motif kepentingan politik, tetapi saya ingin membahas dari sisi etika jurnalistik terlebih dahulu,” tutur Prabu.
BACA JUGA: Pratikno: Mahfud MD Ajukan Permohonan Waktu Bertemu Jokowi
Prabu menyoroti perlunya jurnalisme yang etis, yang harus berbasis pada data dan fakta yang dapat diverifikasi serta sumber yang kredibel.
“Jika memang pemberitaan yang diangkat itu betul-betul memiliki kepentingan bagi publik sehingga narasumbernya terancam nyawa, misalnya, jika diungkapkan maka narasumbernya harus anonim,” ujarnya.
BACA JUGA: Mensesneg Pratikno Pimpin Upacara Pemakaman Tjahjo Kumolo
“Tetapi jika seperti itu maka sangat disarankan ruang redaksi tersebut atau pemberitaan tersebut mencantumkan dari mana informasi itu berasal,” tambahnya.
Prabu mempertanyakan timing dari pemberitaan, dan mengatakan bahwa berita tanpa dasar yang kuat dapat dianggap sebagai gosip atau upaya untuk mempengaruhi opini publik menjelang pemilihan.
BACA JUGA: Pratikno Mendadak Lempar Angin Segar untuk BPKH dan Menag Yaqut
Hal inilah yang membuat Prabu mengingatkan tentang pentingnya membedakan antara fakta dan opini dalam jurnalisme.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News