
Berdasarkan taksiran pemerintah, pengembangan blok East Natuna membutuhkan biaya sekitar USD 40 miliar.
Di mana pengembangan Blok East Natuna lebih besar dari biaya investasi untuk pengembangan Liquefied Natural Gas (LNG) Abadi di Blok Masela-Maluku, yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang, INPEX Corporation sebesar USD 20 miliar.
BACA JUGA: Menhan Prabowo Cool Banget, Tapi Lihatlah Strategi TNI di Natuna
Pengembangan Blok East Natuna juga jauh lebih besar dari pengembangan gas Tangguh Train3, yang dikelola BP Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Kisaran besaran investasi menunjukkan bahwa Blok East Natuna adalah primadona bagi sektor energi nasional.
"Tak mengherankan jika China mengklaim itu wilayah teritorial mereka di Laut China Selatan. Saya berharap pengembangan Blok East Natuna bisa segera rampung dan pemerintah Indonesia lebih taktis mengikat ExxonMobil, Total E&P, PTT atau Petronas untuk bermitra dengan Pertamina," harapnya.
Menurut Ferdy, bahwa konsumsi gas domestik naik 100 persen selama 10 tahun terakhir, sementara ekspor mengalami penurunan.
Indonesia masih impor gas sebesar 2,1 juta ton pada 2016.
Untuk itu, pemerintahan Jokowi perlu tegas berhadapan dengan China terkait dengan Natuna.
Artikel ini sudah tayang di JPNN.com dengan judul: Peneliti Menduga Provokasi Tiongkok di Laut Natuna karena Ini
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News