
GenPI.co - Direktur Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto blak-blakkan mengungkap konflik dualisme Partai Demokrat dari budaya Jawa.
Konflik yang terjadi antara kubu Moeldoko dan kubu AHY memang makin runcing. Keduanya saling klaim soal kebenaran versi masing-masing kubu.
BACA JUGA: Jhoni Allen Mendadak Lontarkan Pantun, Kubu AHY Makin Gugup
Dalam permasalahan tersebut, Wijayanto menyoroti KSP Moeldoko yang notabene orang eksternal Partai Demokrat sekaligus bagian dari istana.
Itu artinya, gerak-gerik Moeldoko seharusnya sudah diketahui oleh Presiden Joko Widodo. Namun, hingga hari ini Jokowi diam tak berkomentar sedikit pun.
“Diamnya Jokowi dalam budaya Jawa bisa diartikan sebagai isyarat mengizinkan,” ujar Wijayanto kepada GenPI.co pada Minggu (14/3).
Dalam pandangan tersebut, perebutan kekuasaan di Partai Demokrat menandakan preseden buruk bagi demokrasi di Indonesia.
BACA JUGA: AHY Luar Biasa, Moeldoko Kalah Telak
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News