JAFF, Representasi Budaya Asia lewat Film

JAFF, Representasi Budaya Asia lewat Film - GenPI.co
Pembukaan Jogja Asian Film Festival 2018. (Foto: Widi Kurniawan)

Jogja Asian Film Festival (JAFF) dibuka pada Selasa (27/11)  pukul 19.30 WIB. Bertempat di Jogja National Museum (JNM), acara yang diselenggarakan untuk ke 13 kalinya ini dibuka oleh tarian Hanoman sebagai simbol budaya Jawa.

Meskipun hujan, para sineas, dan pemerhati film dari berbagai kalangan, tetap antusias memenuhi venue JAFF untuk menyaksikan pembukaan acara ini. Beberapa sineas yang turut hadir di acara ini diantaranya adalah Garin Nugroho, Christine Hakim, Joko Anwar dan Pesiden JAFF Budi Irawanto.

Ajang budaya JAFF tahun ini mengusung tema “Disruption”. Tema ini berarti tindakan untuk perubahan yang terjadi di benua Asia, dari era analog menjadi era digital yang membuat segalanya lebih mudah. Secara tidak langsung, fenomena “Disruption” ini mendorong penyebaran budaya Asia lewat sejumlah media, salah satunya melalui film.

I Gusti Ngurah Putra, Koordinator Tim PIC Wilayah Jawa, Kementerian Pariwisata dalam sambutannya pada pembukaan JAFF mengatakan,  JAFF di tahun yang ke 13 ini telah mampu menyebarkan budaya Indonesia hingga Asia dan bahkan Eropa.

“Sejak diselenggarakan 13 tahun yang lalu, JAFF ini mengalami pertumbuhan yang membanggakan. Karena tidak hanya mendapat pengakuan di Indonesia, tetapi juga di Asia dan Eropa. Diharapkan ribuan penonton dari seluruh pelosok Indonesia akan menikmati insan film Asia dan terlibat dalam diskusi, workshop dan event lainya dalam acara ini”, ungkap Ngurah.

Representasi dan akulturasi budaya Asia lewat film salah satunya disajikan lewat film berjudul “The Man From the Sea” karya sutradara asal Jepang Koji Fukada yang menjadi film pembuka di ajang JAFF. Film yang berlatar tempat di Aceh pasca bencana Tsunami ini mampu menggambarkan kolaborasi yang unik antara budaya Indonesia dan Jepang. Film ini dibintangi oleh aktor Jepang  dan Indonesia, yakni Dean Fujioka, Mayu Tsuruta, Adipati Dolken dan Sekar Sari.

Sementara M. Sanufri, Kepala Bidang Apresiasi Tenaga Perfilman dan Pengarsipan menyampaikan bahwa film dapat merepresentasikan keragaman budaya Indonesia dan menciptakan akulturasi antar budaya di Asia.

“Festival ini merupakan ajang budaya yang penting, karena dengan adanya kegiatan seperti ini budaya Asia akan kita lihat melalui film. Salah satu kekuatan terbesar dari Asia bukan hanya suku budayanya yang besar dan beragam, bukan hanya sumber daya alamnya yang melimpah, tetapi yang sangat penting adalah budayanya. Indonesia tentu termasuk dalam jajaran Negara Asia yang memiliki keanekaragaman dan kekayaan budaya yang luar biasa besarnya.” Ungkap M. Sanufri dalam sambutannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya