Jadi Sasaran Serangan Siber, Prancis Tuduh Peretas Pro-Rusia

Jadi Sasaran Serangan Siber, Prancis Tuduh Peretas Pro-Rusia - GenPI.co
Pemerintah Prancis mengatakan bahwa beberapa layanannya telah menjadi sasaran serangan siber dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. (Foto: Reuters/Benoit Tessier)

GenPI.co - Pemerintah Prancis pada Senin mengatakan bahwa beberapa layanannya telah menjadi sasaran serangan siber dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pusat krisis khusus diaktifkan untuk memulihkan layanan online.

Dilansir AP News, Kantor Perdana Menteri Gabriel Attal mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan tersebut dimulai pada Minggu malam dan menyerang beberapa kementerian, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Pada Senin sore, dia mengatakan dampak serangan telah berkurang karena sebagian besar layanan dan akses ke situs pemerintah telah dipulihkan.

BACA JUGA:  Rekaman Percakapan Militer Jerman Bocor, Dituding Bersiap Perang Lawan Rusia

Sekelompok peretas bernama Anonymous Sudan, yang dianggap oleh pakar keamanan siber pro-Rusia, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui postingan online. 

Kantor Perdana Menteri Prancis dan Badan Keamanan Digital tidak akan mengomentari klaim tersebut, atau memberikan rincian tentang apa yang menjadi sasaran atau kerusakan apa yang mungkin ditimbulkan.

BACA JUGA:  Ramadan Tiba, Sebuah Keluarga di Gaza Terlantar Akibat Perang dan Berduka

Seorang pejabat Prancis mengatakan serangan tersebut adalah serangan penolakan layanan (denial-of-service), sebuah jenis serangan siber umum yang melibatkan membanjiri situs dengan data untuk membanjiri situs dan membuatnya offline.

Pemerintah Prancis telah melakukan upaya untuk meningkatkan pertahanan siber sebelum Olimpiade Paris musim panas ini dan setelah serangan ransomware yang merusak dalam beberapa tahun terakhir, termasuk terhadap rumah sakit pada tahun 2021.

BACA JUGA:  Ukraina Klaim Tenggelamkan Kapal Perang Rusia dengan Drone Laut Berteknologi Tinggi

Pemerintah Prancis menuduh Rusia melakukan kampanye manipulasi online yang sudah berlangsung lama terhadap pendukung Ukraina di Barat, termasuk dengan meniru situs Kementerian Luar Negeri Prancis dan metode lainnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya