Merasakan Hangatnya Tinggal Bersama Keluarga Batak di Samosir

Merasakan Hangatnya Tinggal Bersama Keluarga Batak di Samosir - GenPI.co
Keluarga Bu Ratna sedang menenun (foto: Mia Kamila)

“Saya tidak punya nama marga bapak, saya orang Jawa,” jawab saya sembari tersenyum menatap laki-laki paruh baya itu di depan pintu.

Ternyata dugaan saya salah, perlakuan keluarga bu Ratna tidak ada perbedaan. Mereka masih memperlakukan saya dengan ramah. Justru suami Ratna mengungkapkan rasa senang, ketika kami bersantap bersama, malam itu.

Pagi pun tiba, semua anggota keluarga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Saya pun tidak mau ketinggalan, pagi itu saya memutuskan untuk pergi ke danau yang ada di belakang rumah. 

Di sana saya melihat para warga melakukan aktivitas pagi seperti mencuci baju, dan mandi. Tak lupa saya pun mengabadikan keindahan danau yang ada di hadapan saya itu, sebelum saya kembali ke Pangururan dan lanjut ke Jakarta. 

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Siang itu, rasanya berat saya meninggalkan desa Lumban Suhi Suhi, sebelum para warga memulai aktivitas menenun, saya memutuskan untuk pamit. 

Mendengar saya mau pulang, berulang kali bu Ratna meminta saya untuk tinggal lebih lama. Kali ini saya tidak bisa mengabulkan permintaannya.

Dengan rasa berat hati, saya pun meninggalkan desa Lumban Suhi Suhi. Saya naik angkutan umum jurusan Pangaruran – Tomok. 

Di pinggir jalan raya saya berpisah dengan bu Ratna, beliau mengantarkan saya sampai ujung jalan dan menemani saya sampai mendapatkan kendaraan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya