Larantuka, Kota dengan Tradisi Katolik yang Kental

Larantuka, Kota dengan Tradisi Katolik yang Kental - GenPI.co
Semana Santa, ritual berusia lima abad yang digelar rutin jelang perayaan Paskah di Larantuka. (Foto: Tempo.co)

Konon kala itu, orang Portugis membawa Resiona (menurut legenda adalah penemu patung Mater Dolorosa atau Bunda Yang Bersedih ketika terdampar di Pantai Larantuka) ke Malaka untuk belajar agama.

Ketika kembali dari Malaka, Resiona membawa sebuah patung Bunda Maria, alat-alat upacara liturgis dan sebuah badan organisasi yang disebut Conferia. Ia juga mengadakan politik kawin mawin antara kaum awam Portugis dengan penduduk setempat.

Baca juga: 

Sekitar 1665, Raja Ola Adobala dibaptis atau dipermandikan dengan nama Don Fransisco Ola Adobala Diaz Vieira de Godinho. Ia merupakan tokoh pemrakarsa upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari.

Setelah tongkat kerajaan itu dipersembahkan kepada Bunda Maria, Larantuka sepenuhnya menjadi kota Reinha. Sementara para raja adalah wakil dan abdi Bunda Maria.

Pada 8 September 1886, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG, raja ke-10 Larantuka, menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak itulah, Larantuka disebut dengan sapaan Reinha Rosari.

Pada 1954, Uskup Larantuka yang pertama, Mgr Gabriel Manek SVD, mengadakan upacara penyerahan Diosis Larantuka kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda.

Dan selama lebih dari lima abad , tradisi keagamaan Samana Santa tetap melekat dalam sanubari umat Katolik di wilayah paling timur Pulau Flores itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya