Belajar Anti Kemapanan dari Paku Alam X

Belajar Anti Kemapanan dari Paku Alam X - GenPI.co

Diantar oleh pak Aji, rombongan masuk dari gerbang belakang komplek Paku Alam, suasananya gelap dan sepi. Waktu menunjukan pukul 20.00 WIB saat itu. Duduk selama sekitar 10 menit sambil menunggu Kanjeng Gusti, saya sudah tidak sabar ingin bertemu karena penasaran. Namun Pak Aji bilang tidak semua bisa bertemu dengan Kanjeng Gusti karena beliau masih pemulihan pasca kecelakaan motor. Saya sempat khawatir tidak dapat kesempatan bertemu beliau.

Dalam bayangan saya, Kanjeng Gusti Paku Alam pasti sosok yang sangat dihormati oleh warga Yogyakarta. Sempat browsing sedikit tentang Paku Alam, akhirnya saya tahu bahwa sosok yang akan kami temui bukan orang sembarangan. Beliau adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Setelah Pak Auri terlebih dahulu masuk ke ruangan pribadi Kanjeng Gusti, tak lama kemudian beliau keluar menemui kami. Berpakaian santai dengan tangan kiri yang masih diperban, rasa penasaran saya akhirnya terjawab.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam dengan nama lahir Raden Mas Wijoseno Hario Bimo menyambut kami dengan begitu ramah. Beliau yang masih sakit bahkan meminta agar kami meluangkan waktu ngobrol dengannya.

Bukan hanya itu, kami diajaknya mengunjungi ruangan demi ruangan yang ada di Komplek Pura Pakualaman. Mulai dari pendopo tempat ia bertemu dengan warga dan media, hingga ruangan-ruangan yang jarang diperlihatkan  kepada orang lain. Salah satunya ruangan tempat Presiden Soekarno sempat menginap.

Dengan begitu semangat, beliau  menjelaskan satu per satu filosofi dan makna dari tiap ruangan, benda, bangunan maupun koleksi yang ada di sini. Peninggalan sejak masa Paku Alam pertama masih tertata rapi. Ada foto, koleksi senjata, koleksi busana, lukisan, furniture dan interior ruangan.

Kami juga diajak ke bagian depan Pura, melihat pendopo joglo bernama Wiworo Kusumo Winayang Reko. Di sinilah tempat kegiatan pemerintahan maupun kebudayaan dilaksanakan. Pilar-pilar tinggi dengan arsitektur khas Jawa menjadi salah satu kebanggannya. Bangunan ini didirikan hanya dengan 4 tiang penyangga, berdiri kokoh selama ratusan tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya